PALEMBANG, Cakrayudha-hankam.com – Nama pengusaha Suganto Kusuma alias Aguan dikait-kaitkan dengan pagar laut sepanjang 30,16 kilometer (km) yang dibangun di perairan Tangerang.
Sugianto Kusuma alias Aguan adalah bos (Pantai Indah Kapuk) PIK 2 dan Agung Sedayu Group asal atau lahir di Palembang.
Berkawan dengan pengusaha Tomy Winata, Aguan juga kerap dijuluki sebagai satu di antara 9 Naga.
Sejumlah media mengaitkan pagar laut sepanjang 30,16 km di Tangerang dengan Aguan.
Kuasa hukum pengembang Proyek Strategis Nasional (PSN) Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Muannas Alaidid, membantah keterlibatan kliennya terkait hal tersebut.
Menurut dia, pengembang PSN PIK 2 bukan yang memasang pagar laut tersebut.
Ia menyatakan tidak mungkin pengembang melakukan pemasangan itu.
Adapun PT Agung Sedayu Group, perusahaan yang didirikan oleh Sugianto Kusuma atau kerap disapa Aguan, merupakan pengembang dari PSN PIK 2.
“Bukan pengembang yang pasang, ngapain urusin beginian,” katanya.
Muannas mengatakan, pagar laut yang terbuat dari bambu itu merupakan tanggul laut biasa yang merupakan hasil inisiatif dan swadaya masyarakat.
Pagar laut bambu itu disebut berfungsi untuk memecah ombak dan dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai tambak ikan di dekatnya.
Selain itu, tanggul laut bambu itu juga disebut Muannas digunakan untuk membendung sampah seperti yang ada di Muara Angke dan bisa juga menjadi pembatas lahan warga pesisir yang tanahnya terkena abrasi.
“Tidak ada kaitan sama sekali dengan pengembang karena lokasi pagar tidak berada di wilayah PSN maupun PIK 2,” ujar Muannas.
Terlepas dari itu, siapa sosok Sugianto Kusuma alias Aguan lebih jauh?
Profil
Sugianto Kusuma alias Aguan adalah seorang pengusaha konglomerat Indonesia.
Aguan yang nama asli Guo Zaiyuan, merupakan pemilik dan pendiri dari salah satu konglomerasi properti terbesar di Indonesia, Agung Sedayu Group.
Agung Sedayu Group membawahi sejumlah anak perusahaan yang bergerak di bidang properti dengan beberapa lini bisnis.
Perusahaan milik Aguan dilibatkan dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Sebagai konglomerat, Aguan tentu saja memiliki harta kekayaan triliunan rupiah.
Dalam deretan pengusaha terkaya Indonesia, nama Aguan sering disebut masuk dalam kelompok 9 Naga.
9 Naga adalah istilah yang muncul pada masa Orde Baru di era Presiden Soeharto.
Nama 9 Naga merujuk pada sekelompok pengusaha keturunan Tionghoa berpengaruh di Indonesia, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintahan Orde Baru.
Istilah ini sering dikaitkan dengan kekuatan ekonomi dan politik yang besar, meskipun keanggotaan kelompok ini tidak pernah dikonfirmasi secara resmi.
Aguan lahir di Palembang pada 10 Januari 1951.
Seperti orang Tionghoa pada umumnya, keluarganya tinggal dari daerah ke daerah.
Dia tercatat pernah tinggal di Palembang dan sekolah di Sekolah Menengah Tionghoa Jugang Zhongxue, sebelum akhirnya pindah ke Jakarta pada 1965.
Sejak muda, Aguan telah menunjukkan ketertarikan dalam dunia bisnis dan kewirausahaan.
Aguan di usia mudanya adalah sosok yang dikenal cerdas dan mudah bergaul dengan banyak orang bahkan yang usianya terpaut jauh darinya.
Pada tahun 1965, Aguan memilih merantau ke Jakarta dan mulai bekerja di salah satu toko kelontong di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara.
Aguan kemudian menjadi penjaga gudang dan pembantu di kantor perusahaan impor.
Kinerja yang baik membuatnya naik jabatan menjadi pengurus administrasi perusahaan.
Namun, titik balik kehidupan Aguan terjadi saat berkenalan dengan pemborong bahan bangunan.
Perkawanannya itu membuat Aguan belajar tentang bisnis properti dan bangunan.
Dari situ Aguan yang masih berusia 20 tahun berani membangun bisnis sendiri pada 1971.
Kala itu Aguan nekat mendirikan perusahaan kontraktor yang menjadi cikal bakal Agung Sedayu Group.
Proyek pertamanya adalah pembangunan rumah toko (ruko) di kawasan Mangga Besar, Jakarta.
Keyakinan Aguan untuk terjun ke sektor properti semakin mantap karena perputarannya yang cepat.
Sekalipun harga unit properti tergolong mahal, tapi nilainya akan terus naik. Yang paling penting, dalam jual beli properti, tidak berlaku sistem utang layaknya ekspor impor.
Berawal dari jual beli ruko, perusahaan yang Aguan rintis sejak tahun 1971 mengalami kemajuan pesat menjadi jawara properti domestik.
Sesuai dengan nama Agung Sedayu yang mengandung makna megah, memesona, penuh keindahan dan kedamaian.
Bisnis properti Aguan dikenal sebagai properti inovatif dengan ekosistem lengkap yang menciptakan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas. Mulai dari kota mandiri, superblok, low-rise dan high-rise apartment, perkantoran, hingga hotel dan resor.
Saat memulai bisnis, Aguan cukup beruntung karena iklim politik dan ekonomi Orde Baru sangat bagus.
Alhasil, bisnisnya pun berkembang pesat. Hanya dalam kurun 10 tahun, berbagai proyek konstruksi pun dikerjakannya setelah menggarap proyek pertama, yakni Harco Mangga Dua.
Keberhasilan itu kemudian menjadi portofolionya untuk mengembangkan sayap.
Menurut Leo Suryadinata dalam Prominent Indonesian Chinese Biographical Sketches (2015:108), saat berupaya menggarap properti lain dia berkenalan dengan Tommy Winata (TW).
TW juga pengusaha Tionghoa yang bergerak di sektor perbankan dan properti. Karena punya kesamaan inilah, keduanya bekerjasama.
Seiring waktu, ‘duet maut’ ini melahirkan kawasan real estate besar seperti Pantai Indah Kapuk (PIK), Kelapa Gading, bahkan kawasan perkantoran elite, yakni SCBD Sudirman.
Penciptaan kawasan bisnis ini jelas membuat Agung Sedayu semakin besar dan namanya semakin dikenal.
Begitu pula dengan TW lewat konglomerasi Artha Graha Network. Keduanya otomatis mendapat cuan melimpah pula.
Belakangan, bisnis properti Agung Sedayu Group pun semakin besar.
Dalam laman resmi perusahaan, tercatat ada 57 properti Aguan di bawah bendera Agung Sedayu yang tersebar di Jabodetabek.
Selain itu, sejak tahun 2021, bisnis Aguan pun semakin berkembang. Dia tidak lagi hanya menggeluti bisnis properti.
Melalui PT Multi Artha Pratama (MAP), perusahaan yang dimiliki langsung oleh konglomerasi Agung Sedayu Group (ASG).
Kemudian, dia masuk ke emiten kaleng dan kemasan, PT Pratama Abadi Nusa Tbk. (PANI).
Hingga kini, tidak diketahui pasti berapa kekayaan Aguan.
Namun, apabila melihat pada banyaknya properti tersebar di Jabodetabek yang dikenal dengan harga fantastis, sudah pasti kekayaan Aguan juga melimpah.
Meski begitu, kekayaan tak membuat Aguan terlena. Dia seperti mayoritas orang kaya lain juga aktif di bidang filantropis.
Aguan dan istrinya Lin Liping, disebut Leo Suryadinata, telah berkontribusi besar membantu masyarakat miskin di Jakarta.
Aguan seorang dermawan yang aktif dalam Yayasan Buddha Tzu Chi sejak awal berdiri hingga sekarang.
Kilas balik Aguan juga diketahui memiliki posisi sebagai wakil komisaris utama di PT Bank Artha Graha sejak tahun 1990 hingga 1999.
Pada 2004, ia bergabung dengan PT Bank Inter-Pacific Tbk.
Baru-baru ini, Agung Sedayu Group (ASG) juga terlibat dalam proses pengembangan kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, bersama perusahaan Salim Group milik Anthony Salim.
Nama Aguan juga identik dengan Yayasan Buddha Tzu Chi bersama dengan bos Grup Sinar Mas, Franky Oesman Widjaja. Yayasan Buddha Tzu Chi merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan. Di sana Aguan menjabat sebagai wakil ketua lembaga tersebut bersama Franky Oesman Widjaja.
Aguan Sugianto Kusuma menjadi bagian dari 10 pengusaha yang akan berinvestasi di IKN dengan total investasi senilai Rp 40 triliun.
Dengan mengalokasikan dananya untuk berinvestasi melalui pembangunan IKN, ia dapat menciptakan pusat ekonomi baru di wilayah Kalimantan.
Dampaknya akan memberikan manfaat yang semakin baik bagi masyarakat secara luas.
Selain terkenal sebagai pengusaha sukses di balik Agung Sedayu Group, Aguan merupakan Presiden Komisaris PT Jakarta International Hotels and Development Tbk (JIHD.IJ) dan Wakil Komisaris Utama PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC.IJ).
Saat ini, Aguan menjabat sebagai Presiden Direktur PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI.IJ), salah satu pengembang properti yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2) yang memiliki bank tanah mencapai 1.876 ha di Kabupaten Tangerang, Banten.
Terlepas dari masalah yang dihadapinya terkait proyek, Aguan juga dikenal luas sebagai seorang filantropis yang memiliki kontribusi besar dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, terutama melalui keterlibatannya dengan Yayasan Tzu Chi Indonesia dan ASG untuk Indonesia.
Biodata
Nama: Sugianto Kusuma
Nama panggilan: Aguan
Tempat dan tanggal lahir: Palembang, 10 Januari 1951
Pendidikan: Sekolah Menengah Tionghoa Jugang Zhongxue
Pekerjaan: Pengusaha properti
Perusahaan konglomerasi: Agung Sedayu Group
Jabatan di Perusahaan
1970 – Pendiri Agung Sedayu Group
1990 – Wakil Komisaris Utama PT Bank Artha Graha Tbk
2002 – Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi
2005 – Wakil Komisaris Utama PT Bank Artha Graha Internasional Tbk
2009 – Wakil Presiden Komisaris Perseroan PT Jakarta International Hotels & Development Tbk. (Red-033)
Editor: EH056