Jakarta,(Cakrayudha-hankam.com) – Baru-baru ini viral di Media Sosial BEM UI ditantang untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Papua oleh TNI.
Sebelumnya, BEM UI sempat mengkritik TNI dan menyoroti dugaan kasus kekerasan yang dilakukan oknum TNI pada seorang warga sipil.
Dikutip dari Wartakota.live, unggahan itu diberi judul “TNI Aniaya Sipil, Hentikan Pelanggaran HAM di Papua!”.
BEM UI memperlihatkan video yang beredar beberapa waktu lalu, ketika TNI diduga melakukan penganiayaan terhadap warga Papua.
Mereka juga menunjukkan fakta-fakta kekerasan di Papua dan menyebut sumber referensinya dan mengklaim kasus tersebut bukan pertama kali terjadi.
Menurut BEM UI, kekerasan yang dilakukan aparat TNI kerap terjadi di wilayah tersebut dan terus meningkat dalam tiga tahun terakhir.
Dalam unggahannya, BEM UI juga meminta pemerintah fokus untuk menangani masalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan memastikan berjalannya proses hukum dengan adil dan transparan.
Unggahan BEM UI itu menuai respons dari beberapa anggota TNI. Mereka merasa keberatan dengan unggahan tersebut dan meminta anggota BEM UI untuk mencoba melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Papua.
Tak menjawab tantangan tersebut, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) Verrel Uziel malah menyayangkan respon dari kritik yang disampaikan pihaknya.
Menurutnya respons yang mencul akhir-akhir ini kepada BEM UI adalah bentuk antikritik oknum TNI.
Melihat unggahan tersebut viral, Ketua BEM UI Verrel Uziel menjelaskan bahwa pihaknya hanya ingin mengutarakan apa yang perlu diutarakan.
Papua, kata dia, bagian dari Indonesia yang setiap suara warganya perlu untuk disuarakan, terutama terkait dengan dugaan pelanggaran HAM di sana.
“Seorang warga sipil yang dianiaya dalam video tersebut pada akhirnya dilepaskan karena tidak terbukti bagian dari gerakan separatis. NKRI sebagai negara hukum sudah semestinya tindak tanduk berpedoman pada hukum yang berlaku,” kata Verrel dikutip dari Insta Story Instagramnya.
“Masyarakat sipil tak jarang menjadi korban salah sasaran dan prajurit pun menjadi korban atas konflik berkepanjangan ini,” lanjut dia.
Verrel mengatakan, keramaian ini terjadi karena respons anti-kritik oknum TNI.
Padahal, Kapuspen TNI sudah mengakui bahwa penganiayaan yang dilakukan oleh oknum TNI dan meminta maaf serta tidak membenarkan kejadian tersebut.
Dia juga merasa miris dengan komentar yang masuk ke BEM UI dan akun media sosial pribadinya, karena keluar dari konteks permasalahan dan seakan-akan menormalisasi kekerasan.
“Sangat banyak ancaman, intimidasi. Sangat banyak oknum aparat yang anti-kritik dan melanggengkan kekerasan. Lebih parah, sangat banyak yang akhirnya melakukan kekerasan seksual secara verbal pada fungsionaris UI. Baiknya sama-sama introspeksi dan berbenah,” ucap Verrel.
Sosok Ketua BEM UI Verrel Uziel
Dari informasi yang dihimpun dari Instagram miliknya, Verrel adalah mahasiswa tingkat dua Administrasi Publik di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia.
Verrel senang meneliti isu-isu yang muncul.
Dirinya memiliki keahlian dalam bidang kepemimpinan, public speaking, dan interpersonal skill melalui pengalamannya sebagai pemimpin di beberapa organisasi.
Jebolan SMAN 28 Jakarta ini juga senang berdiskusi hingga sukses menjadi pemenang di sebagian besar kompetisi debat yang diikutinya.
Verrel yang memiliki postur tubuh tinggi juga aktif dalam olahraga basket.
Verrel dilantik jadi Ketua BEM UI oleh Kongres Mahasiswa UI, berpasangan dengan wakilnya Iqbal Cheisa Wiguna dari Fakultas Teknik Kamis 25 Januari 2024.
Diberitakan sebelumnya, melalui Instagram resmi @bemui_official, BEM UI mengkritik pelanggaran HAM. Postingan itu diberi judul “TNI Aniaya Sipil, Hentikan Pelanggaran HAM di Papua!” yang diunggah pada Selasa (26/3/2024).
Dalam postingan itu BEM UI merujuk video yang beredar beberapa waktu lalu saat TNI diduga melakukan penganiayaan terhadap warga Papua.
Mereka juga menunjukkan fakta-fakta kekerasan di Papua dan menyebut sumber referensinya.(Red)