Malang,cakrayudha-hankam.com – Untuk meningkatkan kualitas pangan dan ketahanan pangan pada produk UMKM dan Industri Rumah tangga agar bisa bersaing pada pasar bebas di era moderen ini yang serba digital, semakin menjamurnya produk olahan makanan dan minuman (mamin) di berbagai tempat di tanah air, ditambah dengan mudahnya akses teknologi untuk memesan suatu produk kuliner, menjadikan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Propinsi Jawa Timur (Jatim) berusaha untuk memberikan perhatian lebih kepada produsen UKM untuk lebih mawas atas keheginitasan suatu produk maupun penggunaan bahan-bahan yang aman bagi konsumen akhir untuk dikonsumsi.
Karena itu dalam rangka meningkatkan produksi dan pengolahan produk KUKM di Jawa Timur, maka dinas terkait mengadakan “Workshop Keamanan Pangan Produk KUKM” sebagai usaha pemerintah propinsi untuk menjaga kesehatan dan memberikan edukasi untuk kestabilan ketahanan pangan di Jatim. Kegiatan yang diadakan pada tanggal 24-25 Mei 2022 di Hotel Aria Gajayana Hotel, Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang ini memberikan banyak materi berbobot dan masukan pada para produsen agar produksi mereka layak makan dan bisa awet dalam jangka yang lama.
Materi pertama yang dibawakan oleh Bu Budi Sulistyowati,S. Farm, Apt, dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) JATIM menjelaskan soal beda Kode MD dan ML. “MD adalah Makanan Buatan Dalam Negri dimana Pabriknya berada di dalam negri, sedangkan ML adalah Pangan yang proses pembuatannya dari luar negri yang masuk secara utuh ke Indonesia,” jelas Bu Sulis pada hari pertama workshop.
Beliau juga menjelaskan bahwa pemanis buatan aman untuk dikonsumsi adal tidak melebihi takaran berat tubuh. Selain itu Bu Sulis juga menjelaskan bagaimana membuat produk yang bebas bakteri dan mikroba penyebab penyakit typhus, diare maupun demam. Sementara itu bahan kimia yang berada tidak pada tempatnya dapat menyebabkan cemaran kimia dan sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
Sesi kedua dibawakan oleh Drs.Susanti Widyastuti yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang dan Restrukturisasi Usaha yang lebih banyak menjelaskan tentang strategi pengembangan usaha mikro di Jatim beserta diskusi tanya jawab dari peserta. “Banyak pengusaha UMKM yang tidak melengkapi usahanya dengan izin dasar usaha seperti NIB (Nomer Induk Berusaha), Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-PIRT), BPOM, Sertifikat Halal dan izin-izin yang lain,” tegas wanita yang akrab dipanggil Bu Susi ini.
Pada saat acara masih berlangsung, tanggal 25 Mei 2022, dilakukan sesi ketiga dimana pembicara dibawakan oleh Prof. Dr. Teti Estiasih, STP, MP yang merupakan ahli bidang kimia pangan dan teknologi pengolahan pangan perwakilan dari Falkutas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Beliau sangat detil menjelaskan tentang keamanan pangan dimana sangat penting untuk diperhatikan untuk menjamin konsumen memperoleh pangan yang sehat yang bisa mengurangi pencegahan keracunan pangan dan resiko penyakit kronis lainnya akibat penggunaan zat-zat kimia yang bukan peruntukannya sebagai tambahan bahan pangan.
“Masalah keracunan, bahan kimia berbahaya, bahan tambahan pangan yang berlebihan serta ketidak heginisan proses produksi disebabkan oleh ketidaktahuan, kesengajaan maupun ketidakpedulian produsen serta kebiasaan-kebiasaan yang dianggap biasa sehingga tidak menerapkan prinsip-prinsip keamanan pangan,” ujar Prof.Dr. Teti.
“Pencemaran Mikroba pada pangan juga terjadi akibat penggunaan bahan baku yang mendekati masa expired, udara yang terbuka, hewan peliharaan maupun hewan pengerat dan serangga, kadar ph air yang digunakan serta peralatan pangan dari bahan logam yang salah atau juga kotor,” wanti-wanti beliau sembari menjelaskan bahan-bahan pengawet tambahan apa yang layak konsumsi dan yang tidak layak.
Sesi terakhir ditutup dengan testemoni dari Chezzy Indonesia, dimana UMKM ini sudah naik kelas dengan segala izin yang sudah dilengkapi dan pengemasan yang cukup menarik serta teknologi yang mumpuni yang bisa menambah jumlah orderan sesuai target setiap hari. Sesi ini cukup memotivasi peserta worshop dari perwakilan-perwakilan APKLI (Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia) se-Jawa Timur untuk mengangkat derajat para UMKM.
Ibu Susiati, Ketua APKLI Kota Malang sangat antusias mendapatkan kesempatan untuk menyerap ilmu pangan serta izin-izin yang diperlukan dalam usaha sehingga nantinya dapat ditularkan ke anggota-anggota binaan di Kota Malang. “Selama ini yang kurang paham, kini kami makin paham dan makin mantap menjelaskan kepada para anggota binaan APKLI Kota Malang, termasuk dalam hal sanitasi dan makanan sehat terutama kepada para pedagang keliling di lingkungan sekolah agar generasi penerus kita bisa menjadi generasi yang sehat dan bebas dari segala penyakit karena penggunaan bahan pengawet dan pemanis buatan yang tidak layak maupun yang berlebihan dosisnya,” ujar perempuan yang juga memproduksi sambal kemasan dan juga rajin melatih Ecoprint kepada masyarakat kota Malang yang ingin belajar.
“Terima kasih pada para mentor, terima kasih pada dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah propinsi Jawa Timur dan Universitas Brawijaya yang memberi kami bekal pelajaran yang sangat berharga, semoga kedepan kita bisa berkolaborasi antara para pedagang sebagai produsen dengan dinas-dinas terkait lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan pangan yang aman di kosumsi sehingga dapat mengurangi stunting, kanker dan keracunan makanan,” tutup Susi.
Produksi pangan dari masyarakat bisa menumbuhkan ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan, produk bisa masuk dalam pangsa pasar Export manca negara , produk makanan dan minuman Indonesia bisa di kenal dunia Internasional, juga dapat menyerap tenaga kerja dan serta meningkatkan taraf hidup yang lebih baik menjadi masyarakat yang mandiri @ Christ.