Jakarta,(Cakrayudha-hankam.com) – Menko Polhukam Mahfud MD terang-terangan menyebut adanya pejabat kerap bekingi mafia. Terlebih mafia sumber daya alam.
“Mafia itu terkadang bercampur antara orang ingin berusaha baik-baik, secara legal bercampur dengan preman, back up dari pejabat,” ungkap Mahfud MD seperti dikutip media ini dari podcast youtube Sekretariat Negara, beberapa waktu lalu.
Hal itu ia ungkap saat ditanya tantangan terbesar bagi seorang Menko Polhukam.
Mahfud mengakui acap kali merasa tidak enak saat mengusut kasus mafia yang dibekingi oleh pejabat. “Tidak takut tapi tidak enak ya,” ungkapnya.
“Kalau saya harus bilang ke orang (pejabat) tersebut ‘Hei jangan back up itu dong’. Misal bilang ke atasannya dan seterusnya. Nah ini bagi saya agak rumit menyelesaikannya,” beber Mahfud.
Hal itulah yang memicu Mahfud kerap ‘nyanyi’ melalui media sosial maupun awak media.
“Itulah sebabnya kalau saya daripada bicara berbisik, berdua ingin selesaikan masalah. Lebih baik bicara di luar agar tidak bisa menghindar. Speak up,” katanya.
“Mafia ya. Mafia peradilan, mafia hukum. Itu kan tugas saya, terutama mafia-mafia kekayaan alam,” ujarnya pada awak media.
“Jadi orang tidak bisa menghindar. ‘itu Pak Mahfud sudah ngomong gitu lho’. Nah yang seperti itu,” tuturnya.
Mahfud memberikan contoh kasus di Bengkulu. Ada seorang nenek renta yang dianiaya anak-anak pulang sekolah. Padahal peristiwa itu sudah viral, namun belum ada reaksi dari penegak hukum.
“Beberapa hari ndak ada beritanya. Saya ambil, saya kirim ke polisi. ‘Pak masa ada begini nih. Cari dong’,” ujar Mahfud menirukan ucapannya saat itu.
Tidak lama, pelaku langsung ditangkap polisi. Termasuk saat Mahfud berkomentar di kasus Ferdy Sambo.
“Sambo juga orang kan pada, eeuh (gemas). Ndak benar itu, masa orang mati sampai begitu. Itu bukan tembak menembak, itu pembunuhan. Selidiki,” kata Mahfud.
Akhirnya peristiwa tembak menembak Ferdy Sambo berujung kasus pembunuhan berencana.
“Akhirnya ketemu juga kan,” tuturnya.
“Sambo juga orang kan pada, eeuh (gemas). Ndak benar itu, masa orang mati sampai begitu. Itu bukan tembak menembak, itu pembunuhan. Selidiki,” kata Mahfud.
Akhirnya peristiwa tembak menembak Ferdy Sambo berujung kasus pembunuhan berencana.
“Akhirnya ketemu juga kan,” tuturnya.
Akhirnya Mahfud meminta daftar kekayaan Rafael Alun saat itu. Lantas, orang PPATK menghubunginya dan menyebut ada masalah dari harta kekayaan Rafael Alun Trisambodo.
“Dari tahun 2012 sudah dilaporkan punya kekayaan tidak wajar,” ujarnya pada awak media.
“Lalu saya bicara ke pers. Kalau saya ndak teriak ndak kebuka.”
Saat Mahfud ‘bernyanyi’ di depan publik, maka orang yang bersangkutan tidak akan bisa mengelak. Pun, dukungan publik akan mengalir.
“Kadang kala bukan saya ingin sok. Bukan begitu. Saya ngomong (ke publik) dukungan publik akan mengalir. Dia enggak bisa ngelak, iya kan,” ungkapnya pada awak media mengakhiri perbincangan.(Red)