Thursday, December 12, 2024
BerandaBudayaArsitektur Laskap IPB Lakukan Studi Banding Cagar Budaya di KBP

Arsitektur Laskap IPB Lakukan Studi Banding Cagar Budaya di KBP

Malang, cakrayudha-hankam.com – Selama hampir dua tahun semenjak Covid-19 melanda, banyak Kampung Tematik Kota Malang yang hampir tidak pernah ada kunjungan wisata maupun kunjungan studi banding atau studi wisata dari kampus kampus seluruh Indonesia, salah satunya termasuk Kampung Budaya Polowijen (KBP), yang termasuk salah satu kampung budaya di Kota Malang.

Namun kini KBP mulai mendapat lirikan wisata dan mulai ramai kembali mendapat kunjungan dari Universitas ternama. Setelah kunjungan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Trunojoyo, kini giliran Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Jurusan Arsitektur Lanskap. Sabtu pagi tanggal 18 Juni 2022 dimanfaatkan oleh sekitar 80 mahasiswa IPB berkunjung ke Kampung Warna Warni dan Kampung Tridi, setelah itu sore harinya mereka bertandang ke KBP.

Para mahasiswa ingin mempelajari stategi membuat zonasi, teknik lanskap serta ruang kewilayahan yang dijadikan objek wisata Kota Malang. Tidak hanya itu, mereka juga belajar bagaimana mengupayakan kelestarian tradisi sekaligus pengembangan kepariwisataan dan menjaga lingkungan cagar budaya.

Acara tersebut dikemas dalam bentuk Sambang Kampung KBP yang dipandu Ki Demang, seorang Penggagas KBP. Sore itu mahasiswa IPB disambut dengan penampilan tari topeng Malang.

Tari Topeng Grebeng Sabrang, Tari Topeng Grebeg Jowo dan Tari topeng Ragil Kuning. Yang tak kalah menarik pengunjung dari IPB Arsitektur Lanskap itu juga mendapat sajian wayang beserta penjelasan pembuatan kerajinan topeng dan batik khas Malang.

“Pemanfaatan kawasan cagar budaya ini meliputi lingkungan cagar budaya dan bangunan cagar budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Lingkungan Polowijen ini masuk dalam kategori Lingkungan Cagar Budaya selain lingkungan Candi Badut, lingkungan Candi Tidar, lingkungan Gunung Buring serta Situs Tlogomas. Sampai saat ini belum ada penetapan kawasan cagar budaya di Kota Malang,” terang Ki Demang yang juga merupakan anggota TACB (Tenaga Ahli Cagar Budaya) Kota Malang.

Proses penetapan sebuah kawasan Cagar Budaya harus melalui sebuah proses yang panjang karena minimal harus ada dua situs cagar budaya yang berdekatan dan terkait benang merah. Selain itu untuk menentukan titik deleniasi dan membuat zonasi kawasan cagar budaya untuk kepariwisataan tentu melibatkan banyak pemangku kebijakan.

Keberadaan Situs Ken Dedes, Situs Joko Lolo dan Situs Makam Mbah Reni Empu Topeng Malang yang berada di areal Makam Polowijen sebenarnya cukup mewakili Lingkungan Cagar Budaya Polowijen yang mana dapat ditingkatkan menjadi Kawasan Cagar Budaya Kota Malang.

Dr. Ir. Nurhayati, M.Sc, salah satu dosen yang mendampingi mahasiswa beserta dua dosen lainnya memberikan apresiasi kepada KBP. “Luar biasa masyarakat di lingkungan KBP ini, dalam rangka memanfaatkan situs-situs yang berada di lingkungan Polowijen ternyata menjadi upaya untuk melestarikannya dengan mengembangkan kampung budaya,” ujar Bu Nurhayati.”Ini sebenarnya mirip dengan Kampung Budaya Sindangbarang (KBS) di Bogor, bedanya KBS bukan berada di area situs sesungguhnya semetara KBP berada di situs aslinya. Selain itu KBS dibangun oleh pemerintah setempat, sedangkan KBP murni swadaya masyarakat,” tambahnya.

“Disisi lain memang mudah merencanakan lanskap kepariwisataan di KSB karena areanya luas sedangkan pengembangan KBP lebih bertumpu pada kesadaran masyarakat sekitarnya,” ungkap Nurhayati Dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB.

Selain itu tanya jawab antara mahasiswa dengan pegiat KBP makin seru seiring Yuke, salah satu rombongan mahasiswa IPB menanyakan keterkaitan antara Topeng Malang dengan situs tersebut.

Didik Medianto, Ketua Kelompok Seni Budaya KBP, menjelaskan bahwa topeng Malang menggunakan cerita epos Panji yang berasal dari Jenggala yang sebenarnya merupakan muasal kerajaan Kediri dan ada keterkaitan dengan perkembangan kerajaan Singhasari.

“Cerita panji dalam wayang topeng Malang merupakan pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan yang mana tradisi lisan turut mendukung lingkungan cagar budaya di Polowijen. Keberadaan Situs Kendedes dan Situs Makam Mbah Reni menjadi satu kesatuan sehingga KBP ini menjadi suatu komunitas pelestari budaya,” terang Didik yang juga pengrajin Topeng Malangan.@ Christ.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments