Jember, cakrayudha-hankam.com – Kesenian Tradisional Kuda Lumping merupakan kekayaan budaya daerah yang harus di lestarikan sebagai kekuatan bangsa dengan adat dan istiadat yang mengandung filosofi kehidupan.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad ke 11.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Persatuan Pencak Cimandek Indonesia PPCI, Jember menggelar pentas kesenian tradisional kuda lumping sekaligus halal bihalal dengan beberapa komunitas PPCI dengan Karang Taruna RW 10 Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Karang Taruna “Gerakan Pemuda RW Sepuluh ” ( GPRS ) adapun kelompok PPCI yang berpartisipasi dan memeriahkan acara tersebut sebagai berikut :
Pencak Hadek, Pimpinan Toni
Pencak Nemor , Pimpinan Heru
Pencak Macan Putih Argoupuro, Pimpinan SU
Pencak Reog, Pimpinan Adi
Pencak Padang Pasir ( Loss Dol) Pimpinan Arief.
Pencak Sinar Baru, Pimpinan Kusnadi.
Ketua PPCI Jember Saiful melalui Wakil Ketua PPCI Totok Marsis mengatakan ,” kegiatan ini sebenarnya rutin di gelar setiap tahun namun karena 2 tahun kemarin karena vovid – 19 sempat terhenti, Alhamdulillah tahun ini bisa melaksanakan kembali, harapan kami pemerintah melalui dinas terkait lebih peduli dengan kesenian tradisional seperti kuda lumping, karena saat ini hanya ada di komunitas saja, kami butuh naungan dan butuh pembinaan terutama untuk pengembangan,” terang Totok. Minggu ( 12/06/2022 ).
Ketua Panitia Taufan Nur Indra mengulaskan,” acara ini sebagai ajang silaturahmi sekaligus halal bihalal yang di hadiri oleh 6 kelompok pencak silat telah berkolaborasi dengan adek – adek karang taruna GPRS RW 10 Kedawung Lor kelurahan Gebang, atas kepedulian dalam melestarikan kesenian tradisional kuda lumping ,” tandasnya.
Sementara itu Ketua RW 10 Kelurahan Gebang Nugroho WK.SE Sekaligus Sebagai Penanggung Jawab dari acara tersebut menyampaikan ke media ini ,” kesenian tradisional kuda lumping ini harus di lestarikan sebagai kekayaan budaya nasional bahkan di kenal di dunia internasional, seperti Malaysia, Amerika, Suriname, Hongkong, dan Jepang maka dari itu perlu dukungan semua pihak khususnya pemerintah daerah dan masyarakat agar tetap mencintai kebudayaan kesenian tari kuda lumping ,” tutur Nugroho yang di kenal sebagai tokoh masyarakat.
Masih kata Nugroho ,” saya sebagai Pembina karang taruna sekaligus Pembina PPCI Kabupaten Jember sangat berterimakasih kepada semua pihak yang turut menyukseskan acara ini, dari anggota kartar 100 personil dan 200 personil terdiri atas 6 kelompok yang kompak berkolaborasi dalam mementaskan tarian kuda lumping ,” tutup Nugroho.
Tiga Pilar hadir dalam acara tersebut Babinsa Koramil 0824/01 Serka Surbimansya dan Serda Edi Siswanto juga Bhabinkamtibmas bpk.Agus dari Polsek Patrang, Irwan satgas dari Kelurahan, dan Anggota Inteldim 0824 Jember, serta perwakilan dari tokoh masyarakat Kelurahan Gebang, masyarakat antusias menikmati pertunjukan tarian kuda lumping, acara berjalan sukses dan lancar.@ Na.