SURABAYA, Cakrayudha-hankam.com – Kerjasama antara Kerajaan Kutai Mulawarman dengan Yayasan Cakra Yudha Indonesia dan Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN) membuahkan sebuah seminar budaya yang digelar di Lantai 11, Grand Empire Palace, Surabaya, Rabu (15/1/2025) sore.
Kegiatan ini mengusung tema “Kebangkitan dan Kekayaan Adat Budaya Trimahakala Nusantara Menuju Indonesia Emas 2045“. Dan, kegiatan ini bertujuan untuk mendorong terbentuknya lembaga-lembaga adat di seluruh Indonesia, memajukan kebudayaan Indonesia dalam menyambut Indonesia Emas 2045, serta menjaga warisan budaya kerajaan dan kesultanan di Nusantara.

Acara ini menghadirkan beberapa narasumber budayawan antara lain Yang Mulia Maharaja Kutai Mulawarman, yang juga menjabat sebagai YDPA Diraja Nusantara, Prof. Dr. M.S.P.A. Iansyah Rechza. FW., Ph.D., dan Yang Mulia Ki Ageng Aris Sugito, Ketua Lembaga Pelestari dan Pelindung Budaya Nusantara (LP2BN). Keduanya akan memberikan paparan yang dimoderatori oleh PYM Sri Diraja Roy Agusta Natabraja.
Ketua Lembaga Pelestari dan Pelindung Budaya Nusantara (LP2BN) Ki Ageng Aris Sugito mengatakan, bahwa pentingnya melestarikan budaya Indonesia khususnya bagi generasi milenial dan generasi Z (GenZi). Menurutnya, saat ini banyak generasi milenial dan GenZi yang mulai kehilangan keterikatan dengan budaya bangsa mereka sendiri.
“Saya ajak generasi muda tidak hanya mengingat warisan budaya, tetapi juga menjadikan sebagai identitas yang tetap relevan dengan perkembangan zaman,” ujarnya saat ditemui wartawan Cakra Yudha Hankam disela-sela kegiatan tersebut.
Ki Ageng menuturkan bahwa budaya Indonesia tidak boleh dianggap sebagai hal yang kuno dan usang. Ia pun mengingatkan bahwa meskipun perubahan zaman, generasi muda harus tetap mempertahankan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
“Kita harus bisa berperilaku sesuai dengan adat dan budaya, namun tetap terbuka terhadap kemajuan teknologi,” jelas Ki Ageng.
“Dulu, bangsa Indonesia telah memiliki teknologi tinggi. Salah satunya, penguatan keris yang bisa menyimpan energi, yang hingga kini belum bisa disamai oleh negara lain,” tegasnya.
Ki Ageng Aris mengajak seluruh generasi muda untuk lebih menghargai sejarah dan warisan lulur budaya bangsa kita ini.
“Setiap desa, kota, bahkan provinsi di Indonesia memiliki sejarahnya masing-masing. Seharusnya, sejarah ini menjadi inspirasi bagi kita untuk terus bangkit dan menjaga keutuhan budaya,” ajaknya.
Ki Ageng Aris mengungkapkan bahwa keberagaman dalam budaya Indonesia harus disikapi dengan bijak melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
“Budaya Indonesia ini beraneka ragam dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang mana simbol ini adalah berbeda, kita tetap satu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Ki Ageng, Pemerintah harus membentuk lembaga atau program yang dapat mengedukasi masyarakat, khususnya anak muda mengenai sejarah dan nilai budaya.
“Saya berharap dengan mengenal sejarah, generasi milenial dan GenZi dapat mencintai bangsa dan negara mereka sendiri,” harap Ki Ageng Aris.
“Untuk menciptakan rasa cinta terhadap bangsa dan negara, kita harus mengenal sejarah serta menghormati jasa para leluhur kita sendiri,” pungkasnya.
Kegiatan tersebut didukung oleh sejumlah organisasi dan kerajaan adalah YDPA Diraja Nusantara, Kerajaan Kutai Mulawarman, serta kerajaan – kerajaan dari dalam maupun luar negeri seperti Royal Maren Urang Ulu Uma Borne Sarawak Malaysia, Kesultanan Jambi Darul Haq, Kerajaan Dolo Sulawesi, dan Kerajaan Bajeng Polongbangkeng Sulawesi Selatan.
Tak hanya itu, ada beberapa lembaga budaya dan institusi kesehatan yaitu Rumah Sakit TNI Guntur Garut serta perusahaan internasional seperti Q-Sport Sdn Bhd Malaysia dan Taufiq Manpower Consultant P. Ltd India, turut mendukung kegiatan ini. (EH-059)